فَصْلٌ : المَاءُ قَلِيْلٌ وَكَثِيْرٌ
فَالْقَلِيْلُ: مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ
وَالْكَثِيْرُ: قُلَّتَانِ فَأكْثَرُ
وَالقَلِيْلُ: يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ، وَإِن لَمْ يَتَغَيَّرْ
وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ: لاَ يَتَنَجَّسُ إِلاَّ إذا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، أوْ رِيْحُهُ
فَالْقَلِيْلُ: مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ
وَالْكَثِيْرُ: قُلَّتَانِ فَأكْثَرُ
وَالقَلِيْلُ: يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ، وَإِن لَمْ يَتَغَيَّرْ
وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ: لاَ يَتَنَجَّسُ إِلاَّ إذا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، أوْ رِيْحُهُ
Terjamahan
[Pasal] Air terbagi menjadi 2, air sedikit dan air banyak ;
1. Air sedikit adalah air yang kurang dari kulah
2. Air banyak adalah air yang mencapai 2 kulah atau lebih.
1. Air sedikit adalah air yang kurang dari kulah
2. Air banyak adalah air yang mencapai 2 kulah atau lebih.
Air sedikit dihukumi najis jika terkena najis walaupun tidak berubah.
Sedangkan air banyak, tidak dihukumi najis kecuali jika berubah rasa, warna dan baunya.
Penjelasan
1. Ada 2 cara untuk menetapkan air 2 kulah;
Pertama, dengan melihat dari wadah air tersebut. Perinciannya adalah;
- Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi empat, maka panjang, lebar dan kedalaman wadah tersebut adalah 1 seperempat dziro’
- Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi tiga, maka panjang ketiga sisinya adalah 2 setengah dziro’ dan kedalamannya 2 dziro’.
- Apabila wadah yang digunakan berupa wadah berbentuk lingkaran, maka lebarnya adalah 1 dziro’ dan kedalamannya 2 setengah dziro’.
( 1 Dziro’ = 48 cm )
Kedua, dengan me;lihat isinya. Apabila volume air telah mencapai 216 liter, maka air tersebut telah mencapai 2 kulah (1).
2. Air yang kurang dari 2 kulah apabila terkena najis maka dihukumi najis dengan syarat :
a. Benda yang najis jatuh kedalam air tersebut, apabila najisnya yang disiramkan pada najis maka air tersebut tidak dihukumi najis kecuali jika air tersebut berubah setelah terpisah dari najis tersebut atau volume airnya bertambah setelah bercampur dengan najis tersebut.
b. Diyakini bahwa air yang kurang dari 2 kulah tersebut kemasukan najis, apabila masih diragukan apakah air tersebut kemasukan najis atau tidak, sedangkan sebelumnya air tersebut suci, maka air tersebut tetap dihukumi suci.
c. Najis yang jatuh kedalam air tersebut bukanlah najis yang ma’fu, apabila najis yang masuk adalah najis yang ma’fu, seperti bangkai hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir dalam tubuhnya maka air tersebut tetap dihukumi suci (2).
3. Air 2 kulah atau lebih yang terkena najis tetap dihukumi suci dan tidak dihukumi najis selama air tersebut tidak berubah rasanya, warnanya atau baunya atau berubah semua sifatnya, dimana perubahannya disebabkan benda najis tersebut (3).
Pertama, dengan melihat dari wadah air tersebut. Perinciannya adalah;
- Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi empat, maka panjang, lebar dan kedalaman wadah tersebut adalah 1 seperempat dziro’
- Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi tiga, maka panjang ketiga sisinya adalah 2 setengah dziro’ dan kedalamannya 2 dziro’.
- Apabila wadah yang digunakan berupa wadah berbentuk lingkaran, maka lebarnya adalah 1 dziro’ dan kedalamannya 2 setengah dziro’.
( 1 Dziro’ = 48 cm )
Kedua, dengan me;lihat isinya. Apabila volume air telah mencapai 216 liter, maka air tersebut telah mencapai 2 kulah (1).
2. Air yang kurang dari 2 kulah apabila terkena najis maka dihukumi najis dengan syarat :
a. Benda yang najis jatuh kedalam air tersebut, apabila najisnya yang disiramkan pada najis maka air tersebut tidak dihukumi najis kecuali jika air tersebut berubah setelah terpisah dari najis tersebut atau volume airnya bertambah setelah bercampur dengan najis tersebut.
b. Diyakini bahwa air yang kurang dari 2 kulah tersebut kemasukan najis, apabila masih diragukan apakah air tersebut kemasukan najis atau tidak, sedangkan sebelumnya air tersebut suci, maka air tersebut tetap dihukumi suci.
c. Najis yang jatuh kedalam air tersebut bukanlah najis yang ma’fu, apabila najis yang masuk adalah najis yang ma’fu, seperti bangkai hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir dalam tubuhnya maka air tersebut tetap dihukumi suci (2).
3. Air 2 kulah atau lebih yang terkena najis tetap dihukumi suci dan tidak dihukumi najis selama air tersebut tidak berubah rasanya, warnanya atau baunya atau berubah semua sifatnya, dimana perubahannya disebabkan benda najis tersebut (3).
Referensi
1. Kasyifatusy Syaja, Hal : 20, Ghoyatul Muna, Hal : 161
2. Ghoyatul Muna, Hal : 162
3. Ghoyatul Muna, Hal : 163
1. Kasyifatusy Syaja, Hal : 20, Ghoyatul Muna, Hal : 161
2. Ghoyatul Muna, Hal : 162
3. Ghoyatul Muna, Hal : 163
Kajian Kitab : “Safinatun Najah Fi ma Yajibu `alal Abdi Li Maulah"
Karya : Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhromi
Oleh : Siroj Munir
[1] [2] [3] [4] [5]
Karya : Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhromi
Oleh : Siroj Munir
[1] [2] [3] [4] [5]
0 komentar:
Posting Komentar