Pertanyaan:
Assalamu'alaikum.. Seorang makmum berniat mufaroqoh (memisahkan diri dari imam), tapi gerakannya mengikuti imam, boleh atau tidak? Misalnya saya niat mufaroqoh soalnya kalau saya ikut si imam itu menurut saya ada hal yang membatalkan sholat/hilang rukunnya sholat (misalkan rukun fatihah dan sebagainya yang dihilangkan imam) jadi saya mesti mufaroqoh dan untuk menghindari negatif thinking orang lain (imam maupun makmun lainnya) gerakan yang saya lakukan itu saya sesuaikan dengan si imam, walaupun sebenarnya saya mufaroqoh. Terimakasih atas jawabnnya.
(Dari: Hilman Saifulmillah dan Hamzah Al-Bangkawi)
Jawaban:
Wa'alaaikum salam warohmatulloh wabarokatuh
Menurut pendapat yang ashoh dalam madzhab syafi'i, jika ada orang yang tidak niat menjadi makmum atau sebelumnya ia niat makmum lalu niat mufaroqoh, namun gerakannya mengikuti maka sholat makmum tersebut hukumnya batal.
Alasannya adalah dikarenakan sholatnya terhubung dengan orang yang tidak menjadi imamnya, jadi seakan-akan ia terhubung dengan orang yang tidak sedang mengerjakan sholat, selain itu orang yang mengerjakan hal tersebut dianggap sebagai orang yang mempermainkan sholat (mutala'ib bis-sholah).
Namun menurut sebagian ulama', orang yang melakukannya sholatnya dihukumi batal hanya apabila ia memang mengerti ketentuan mengenai batalnya sholat apabila mengikuti gerakan imam tanpa niat menjadi makmum.
Dan juga hukum tersebut mengecualikan jika makmum tersebut tetap mengikuti imam - meskipun sudah niat mufaroqoh - dengan tujuan untuk menghindarkan dirinya dari gunjingan dan celaan dari orang-orang yang melihatnya atau menghindari tekanan dari penguasa.
Kesimpulannya, makmum yang mufaroqoh namun tetap mengikuti gerakan imam sholatnya dihukumi batal, kecuali apabila ia memang tidak tahu atau ia melakukannya untuk menghindari celaan masyarakat atau tekanan penguasa. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Ubaid bin Aziz Hasanan dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 4 hal. 200-201
2. Hasyiyah I'anatut Tholibin, jilid 2 hal. 25
3. Hasyiyah Al-Bujairomi Ala Syarhil Manhaj, jilid 1 hal. 330
Assalamu'alaikum.. Seorang makmum berniat mufaroqoh (memisahkan diri dari imam), tapi gerakannya mengikuti imam, boleh atau tidak? Misalnya saya niat mufaroqoh soalnya kalau saya ikut si imam itu menurut saya ada hal yang membatalkan sholat/hilang rukunnya sholat (misalkan rukun fatihah dan sebagainya yang dihilangkan imam) jadi saya mesti mufaroqoh dan untuk menghindari negatif thinking orang lain (imam maupun makmun lainnya) gerakan yang saya lakukan itu saya sesuaikan dengan si imam, walaupun sebenarnya saya mufaroqoh. Terimakasih atas jawabnnya.
(Dari: Hilman Saifulmillah dan Hamzah Al-Bangkawi)
Jawaban:
Wa'alaaikum salam warohmatulloh wabarokatuh
Menurut pendapat yang ashoh dalam madzhab syafi'i, jika ada orang yang tidak niat menjadi makmum atau sebelumnya ia niat makmum lalu niat mufaroqoh, namun gerakannya mengikuti maka sholat makmum tersebut hukumnya batal.
Alasannya adalah dikarenakan sholatnya terhubung dengan orang yang tidak menjadi imamnya, jadi seakan-akan ia terhubung dengan orang yang tidak sedang mengerjakan sholat, selain itu orang yang mengerjakan hal tersebut dianggap sebagai orang yang mempermainkan sholat (mutala'ib bis-sholah).
Namun menurut sebagian ulama', orang yang melakukannya sholatnya dihukumi batal hanya apabila ia memang mengerti ketentuan mengenai batalnya sholat apabila mengikuti gerakan imam tanpa niat menjadi makmum.
Dan juga hukum tersebut mengecualikan jika makmum tersebut tetap mengikuti imam - meskipun sudah niat mufaroqoh - dengan tujuan untuk menghindarkan dirinya dari gunjingan dan celaan dari orang-orang yang melihatnya atau menghindari tekanan dari penguasa.
Kesimpulannya, makmum yang mufaroqoh namun tetap mengikuti gerakan imam sholatnya dihukumi batal, kecuali apabila ia memang tidak tahu atau ia melakukannya untuk menghindari celaan masyarakat atau tekanan penguasa. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Ubaid bin Aziz Hasanan dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 4 hal. 200-201
اتفق نص الشافعي والأصحاب على أنه يشترط لصحة الجماعة أن ينوي المأموم الجماعة والاقتداء والائتمام -إلى أن قال- فإن تابع الإمام في أفعاله من غير تجديد نية فوجهان حكاهما القاضي حسين في تعليقه والمتولي وآخرون. أصحهما وأشهرهما تبطل صلاته لأنه ارتبط بمن ليس بإمام له فأشبه الارتباط بغير المصلي وبهذا قطع البغوي وآخرون والثاني لا تبطل لأنه أتى بالأركان على وجهها وبهذا قطع الأكثرون
2. Hasyiyah I'anatut Tholibin, jilid 2 hal. 25
فلو ترك هذه النية، أو شك فيها، وتابع مصليا في فعل، كأن هوى للركوع متابعا له، أو في سلام بأن قصد ذلك من غير اقتداء به وطال عرفا انتظاره له، بطلت صلاته
........................
قوله: بطلت صلاته) أي لأنه متلاعب لكونه وقفها على صلاة غيره بلا رابط بينهما. قال في النهاية: هل البطلان عام في العالم بالمنع والجاهل أو مختص بالعالم؟ قال الأذرعي: لم أر فيه شيئا، وهو محتمل، والأقرب أنه يعذر
3. Hasyiyah Al-Bujairomi Ala Syarhil Manhaj, jilid 1 hal. 330
فلو تركها) أي هذه النية (أو شك) فيها (وتابع في فعل أو سلام بعد انتظار كثير) للمتابعة بطلت صلاته لأنه وقفها على صلاة غيره بلا رابط بينهما فلو تابعه اتفاقا أو بعد انتظار يسير أو انتظره كثيرا بلا متابعة لم يضر
.......................
ولم يذكر محترز قوله للمتابعة ومحترزه ما لو انتظره كثيرا لأجل غيرها كدفع لوم الناس عليه كأن كان لا يحب الاقتداء بالإمام لغرض ويخاف لو انفرد عنه حسا صولة الإمام أو لوم الناس عليه لاتهامه بالرغبة عن الجماعة فإذا انتظر الإمام كثيرا لدفع هذه الريبة فإنه لا يضر كما قرره شيخنا ح ف
0 komentar:
Posting Komentar