Pertanyaan:
Assalamu'alaikum,
Saya mau bertanya, hukumnya apa ketika seorang ibu setelah 60 hari melahirkan masih mengeluarkan darah, apakah termasuk darah istihadhoh atau darah haid? dan bagaimana dengan kewajiban sholat dan ibadah lainnya? terima kasih atas jawabannya
Wassalamu'alaikum
(Dari: Akhmad Fathoni, 0856 4598 XXXX)
Jawaban:
Wa'alaikum salam warohmatulloh wabarokatuh
Sebagaimana ditetapkan oleh para ulama' madzhab syafi'i, bahwa batas maksimal keluarnya darah nifas adalah 60 hari, jadi apabila seorang wanita yang melahirkan masih mengeluarkan darah setelah hari ke-60 maka darah tersebut bukanlah darah nifas.
Lalu darah tersebut dihukumi darah apa? para ulama' telah menjelaskan bahwa darah yang keluar tersebut tidak bisa serta merta dihukumi darah istihadhoh atau haid, perincian hukumnya adalah:
- Apabila darah tersebut keluar pada waktu yang memang menjadi kebiasaan wanita tersebut mengeluarkan darah haid, maka darah tersebut dihukumi darah haid, yang berarti wanita tersebut tidak wajib mengerjakan sholat.
- Sedangkan bila keluarnya darah tersebut diluar siklus haid yang sudah menjadi kebiasaan wanita tersebut, maka darah tersebut dihukumi istihadhoh, yang berarti wanita tersebut sudah diwajibkan mengerjakan sholat.
Wallahu a'lam.
Referensi:
1. Hasyiyah Al-Jamal Ala Syarhil Manhaj, Jilid 1 hal. 260-261
Assalamu'alaikum,
Saya mau bertanya, hukumnya apa ketika seorang ibu setelah 60 hari melahirkan masih mengeluarkan darah, apakah termasuk darah istihadhoh atau darah haid? dan bagaimana dengan kewajiban sholat dan ibadah lainnya? terima kasih atas jawabannya
Wassalamu'alaikum
(Dari: Akhmad Fathoni, 0856 4598 XXXX)
Jawaban:
Wa'alaikum salam warohmatulloh wabarokatuh
Sebagaimana ditetapkan oleh para ulama' madzhab syafi'i, bahwa batas maksimal keluarnya darah nifas adalah 60 hari, jadi apabila seorang wanita yang melahirkan masih mengeluarkan darah setelah hari ke-60 maka darah tersebut bukanlah darah nifas.
Lalu darah tersebut dihukumi darah apa? para ulama' telah menjelaskan bahwa darah yang keluar tersebut tidak bisa serta merta dihukumi darah istihadhoh atau haid, perincian hukumnya adalah:
- Apabila darah tersebut keluar pada waktu yang memang menjadi kebiasaan wanita tersebut mengeluarkan darah haid, maka darah tersebut dihukumi darah haid, yang berarti wanita tersebut tidak wajib mengerjakan sholat.
- Sedangkan bila keluarnya darah tersebut diluar siklus haid yang sudah menjadi kebiasaan wanita tersebut, maka darah tersebut dihukumi istihadhoh, yang berarti wanita tersebut sudah diwajibkan mengerjakan sholat.
Wallahu a'lam.
Referensi:
1. Hasyiyah Al-Jamal Ala Syarhil Manhaj, Jilid 1 hal. 260-261
وأقل النفاس مجة) كما عبر بها في التنبيه والتحقيق وهي المراد بتعبير الروضة كأصلها بأنه لا حد لأقله أي لا يتقدر بل ما وجد منه وإن قل يكون نفاسا ولا يوجد أقل من مجة أي دفعة وعبر الأصل عن زمانها بلحظة وهو الأنسب بقولهم (وأكثره ستون يوما وغالبه أربعون) يوما وذلك باستقراء الإمام الشافعي - رضي الله عنه -.
وعبوره ستين كعبور الحيض أكثره) فينظر أمبتدأة في النفاس أم معتادة مميزة أم غير مميزة ذاكرة أم ناسية فترد المبتدأة المميزة إلى التمييز إن لم يزد القوي على ستين ولا يأتي هنا بقية الشروط وغير المميزة إلى مجة والمعتادة المميزة إلى التمييز لا العادة وغير المميزة الحافظة إلى العادة وتثبت إن لم تختلف بمرة وإلا ففيه التفصيل السابق في الحيض والمتحيرة تحتاط
..........................
قوله: فينظر أمبتدأة إلخ) أفاد هذا التفصيل أنه لا يحكم على المجاوز للستين بأنه حيض بل ينظر فيه لأحوال المستحاضة المتقدمة اهـ ع ش
0 komentar:
Posting Komentar