Template information

Home » , » Biografi Imam Suyuthi (Bagian 1)

Biografi Imam Suyuthi (Bagian 1)




Pendahuluan

Sumber utama mengenai riwayat hidup Imam Suyuti rohimahullah adalah kitab beliau yang berjudul "Husnul Muhadloroh Fi Tarikhi Mishr Wal Qohiroh", satu kitab mengenai sejarah negara mesir secara umum dan kota Kairo secara khusus. Dalam kitab tersebut beliau juga menjelaskan secara rinci menegenai hal-hal yang berkaitan dengan beliau mulai dari kelahiran beliau, nasab, masa-masa belajar dll. Beliau menulis kitab ini pada umur 66 dan saat itu kitab yang beliau tulis sudah mencapai 300 judul selain kitab-kitab yang tidak jadi diedarkan karena beliau koreksi kembali.

Alasan beliau menulis sendiri biografinya adalah karena mengikuti para ulama' ahli hadits (muhadditsin) terdahulu, dimana saat mereka menulis kitab yang menjelaskan sejarah suatu daerah atau menjelaskan tentang biografi para tokoh terkenal mereka juga menuturkan biografi mereka sendiri dalam kitab tersebut. Beliau mencontohkan diantara ulama' yang meuturkan biografinya sendiri adalah;

1. Al-Hafidh Abul Hasan Abdul Ghofir Al-Farisi An-Naisaburi dalam kitab beliau yang menjelaskan tentang biografi ulama’-ulama’ Naisabur, daerah yang kini masuk dalam kawasan negara Iran, berjudul “As-Siyaq Li Tarikh Naisabur” yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh Naisabur”.

2. Syaikh Yaqut Al-Hamawi dalam kitab beliau; “Irsyadul Arib Ila Ma’rifatil Adib” atau yang lebih dikenal dengan nama "Mu'jamul 'Udaba'. Kitab yang menuturkan biografi para sastrawan.

3. Lisanuddin bin Al-Khothib dalam kitab “Al-Ihathoh Fi Akhbari Ghornathoh” yang menjelaskan sejarah Granada, provinsi yang berada didalam kawasan otonomi Andalusia, Spanyol.

4. Al-Hafidh Taqiyyuddin Al-Fasi dalam kitab-kitab beliau yang menjelaskan sejarah kota Mekah, seperti “Al-‘Aqduts Tsamin Fi Tarikh Baladil Amin”, “Syifa’ul Ghorom Bi Akhbari Baladil Harom” dan ‘Az-Zuhur Al-Muqtatho’ah Min Tarikh Makkah Al-Musyarrofah”.

5. Al-Hafidh Abul Fadhl Ibnu Hajar dalam kitab yang menjelaskan mengenai biografi hakim-hakim Mesir yang berjudul “Rof’ul Ishr ‘An Qudlot Mishr”.

6. Syaikh Abu Syamah dalam kitab beliau “Ar-Roudlotain Fi Akhbarid Daulatain An-Nuriyah Was-Sholahiyah”. KItab yang mengisahkan sejarah kesultanan Sultan Nuruddin Zanki dan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi, dua sultan yang berjasa besar dalam perang salib.

Imam Suyuthi menjelaskan alas an beliau tersebut agar tidak dianggap bahwa menulis riwayat hidup dalam satu kitab yang ditulis sendiri adalah sesuatu yang aneh sebab hal seperti itu sudah dilakukan oleh ulama’-ulama’ sebelum beliau, bahkan diantara mereka terdapat nama Syaikh Abu Syamah, seorang ulama’ yang terkenal wira’i dan zuhud.

Nama dan Nasab

Nama dan nasab beliau adalah; Abdurrohman bin Al-Kamal Abi Bakar bin Muhammad Sabiquddin bin Al-Fakhr bin Nadhiruddin Muhammad bin Yusufuddin bin Khodhir bin Najmuddin Abis Sholah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Syaikh Hammamuddin Al-Hammam Al-Khudloiri Al-Asyuthi.

Khudloiri yang menjadi nisbat bagi keluarga beliau berasal dari nama daerah Al-Khudloiriyah, satu kawasan di Baghdad, Irak dimana kakek tertinggi beliau dahulu tinggal disana. Kakek tertinggi beliau adalah  Hammamuddin, beliau termasuk ulama’ ahli ilmu hakekat (ahlul haqiqoh) dan termasuk salah satu guru-guru tarekat (masyayikhut thoriqoh).

Anak cucu dari Syaikh Hammam kebanyakan menjadi tokoh dan memiliki kedudukan dalam pemerintahan didaerahnya masing-masing, diantara mereka ada yang terjun dalam bidang kehakiman, bidang keamanan, pedagang dalam pemerintahan Amir Syaikhun, membangun madrasah di Asyuth, dan mewakafkan beberapa wakafan, selain itu ada juga yang menjadi konglomerat. Diantara keturunan Syaikh Hammam hanya ayah Imam Suyuthi yang mengabdikan dirinya dalam bidang ilmu keagamaan.

Masa Kelahiran dan Pertumbuhan 

Imam Suyuthi dilahirkan seusai Maghrib pada malam Ahad awal bulan Rajab pada tahun 849 H. bertepatan pada bulan September tahun 1445 H M.. Saat masih kecil ayah beliau pernah mengajaknya mengunjungi syaikh Muhammad Al-Majdzub seorang pembesar para wali dimasa itu yang bermukim di samping Masyhad An-Nafisi, yang kemudian mendo’akan keberkahan kepada beliau. Beliau tumbuh dalam keadaan yatim, sebab ayah beliau meninggal pada tahun 855 H,. Sebelum wafat, ayah beliau berwasiat kepada Syaikh Kamaluddinn bin al-Hammam untuk  menjaga dan mengurus serta mendidik beliau.

Masa - Masa Belajar 

Belum genap berusia 8 tahun, beliau telah hafal al-Qur’an, selain itu  beliau juga telah hafal kitab al-‘Umdah (Umdatul Ahkam, kitab yang menjelaskan mengenai dalil-dalil hukum karya Syaikh Ibnu Daqiqi Al-‘Id), kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu fiqih (Minhajut Tholibin, kitab fiqih madzhab Syafi’i karya Imam Nawawi), dan kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu ushul (Minhajul Wushul Ila ‘Ilmil ‘Ushul, kitab ushul fiqih karya Imam Baidlowi) serta kitab Alfiyah Ibnu Malik dalam cabang ilmu bahasa arab.

Pada awal tahun 864 H. beliau mulai menyibukkan diri dengan pendalaman ilmu agama Imam Suyuthi belajar Fikih dan Nahwu dari beberapa ulama besar di masa itu. Beliau secara khusus belajar ilmu Faroidh kepada syaikh Al-‘Allamah Syihabuddin Asy-Syarmasahi , seorang ulama’ yang telah mencapai usia lebih dari seratus tahu, pada Syaikh Syihabuddin Asy-Syarrnasahi beliau juga belajar kitab Al-Majmu’.

Diantara ulama’ yang pernah menjadi guru beliau dalam ilmu fiqih adalah Syaikhul Islam ‘Alamuddin Al-Bulqini, Dibawah bimbingan Imam Bulqini, beliau mempelajari kitab-kitab berikut ini;

1. “At-Tadrib”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Sirojuddin Al-Bulqini, ayah dari Syaikh ‘Alamuddin Al-Bulqini. Kitab ini ditulis untuk dipersembahkan kepada putranya, yaitu Imam Bulqini, namun penulisannya hanya sampai pada bab rodlo’ (persusuan). Imam Suyuthi mempelajari kitab ini mulai dari awal kitab sampai bab wakalah,

2. “Al-Hawi Ash-Shoghir”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Syaikh Najmuddin Al-Qozwini yang meringkas kitab Syarah Al-Kabir karya Imam Rofi’i, kitab ini ditulis untuk anak beliau yang bernama Muhammad, dalam madzhab syafi’i jika disebutkan kitab “Al-hawi” maka yang dimaksud adalah kitab “Al-Hawi Ash-Shoghir” karya Imam Qozqini, bukan “Al-Hawi Al-Kabir” karya Imam Mawardi. Imam Suyuthi mempelajari kitab ini sampai bab iddah.

3. “Minhajut Tholibin”, salah satu kitab paling populer dan menjadi rujukan utama dalam fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi. Imam Suyuthi mempelajari mempelajari kitab ini sampai bab zakat.

4. “At-Tanbih”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Abu Ishaq Asy-Syairozi, kitab ini merpakan salah satu dari 5 kitab yang paling banyak dipakai pada masa Imam Nawawi, 5 kitab yang dimaksud adalah Mukhtashor Muzani, Al-Wasith, Al-Wajiz, At,Tanbih dan Al-Muhadzdzab. Imam Suyuthi mempelajarikitab ini hampir mendekati bab zakat.

5. “Roudlotut Tholibin”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi, kitab ini merupakan ringkasan dari kitab “Syarah Al-Kabir” karya Imam Rofi’i dengan menghilangkan dalil-dalilnya dan juga mencantumkan beberapa pendapat Imam Nawawi yang berbeda dari Imam Rofi’i. Imam Suyuthi mempelajari sebagian bab qodho’ (keputusan hakim) dari kitab ini.

6. “Takmilah Syarah Al-Minhaj”, kitab ini merupakan kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Zarkasyi, kitab ini adalah penyempunaan dari kitab “Kafil Muhtaj Ila Syarhil Minhaj” yang ditulis oleh guru beliau, Imam Al-Isnawi, Imam Isnawi menulis kitab tersebut hanya sampai bab musaqoh dan wafat sebelum menyelesaikannya, kemudian Imam Zarkasyi melanjutkan penulisannya samapai selesai

Setelah Imam Bulqini meninggal pada tahun 878 H. beliau belajar kepada Syaikhul Islam Syarofuddin Al-Munawi, dibawah asuhan Syaikh Munawi beliau belajar sebagian kitab “Al-Minhaj” dan kitab “Syarah Al-Bahjah” sekaligus kitab hasyiyahnya, selain juga mempelajari kitab “Tafsir Al-Baidhowi”.

Dalam cabang ilmu hadits dan bahasa arab beliau belajar kepada Imam Taqiyyuddin Asy-Syamanli Al-Hanafi selama 4 tahun, Imam Suyuthi merupakan salah satu murid kesayangan Imam Syamanli yang diakui kepiawaiannya dalam ilmu bahasa arab dan ilmu hadits dan menuliskan kata pengantar untuk kitab “Syarah Alfiyah Ibnu Malik” dan “Jam’ul Jawami’ Fil Arobiyyah” yang ditulis oleh Imam Suyuthi.

Imam Suyuthi juga merupakan murid yang kritis, pernah suatu ketika beliau membaca hasyiyah kitab “Asy-Syifa” yang ditulis oleh gurunya, Imam Syamanli, dalam kitab itu gurunya menuliskan hadits yang diriwayatkan oleh Abul Jamro’ mengenai kisah isro’ dikeluarkan oleh oleh Imam Ibnu Majah, setelah beliau cari hadits tersebut di kitab Ibnu Majah dan sudah beliau baca kitab mulai awal hingga akhir sampai 3 kali beliau tidak menemukan hadits tersebut, setelah mencari dikitab-kitab hadits lainnya beliau menemukan hadits tersebut ada di kitab “Mu’jamus Shohabah’ karya Ibnu Qoni’. Mendapati hal seperti itu beliau menghadap kepada gurunya untuk memberitahukan hal tersebut, seketika itu pula gurunya mengambil pena dan mengganti tulisan “Ibnu Majah” dengan “Ibnu Qoni’”.

Guru beliau yang lain adalah Syaikh Muhyiddin Al-Kafiji selama 14 tahun, selama belajar kepada Syaikh Al-Kafiji beliau mempelajari berbagai cabang ilmu mulai dari tafsir, ushul, bahasa ‘arab dll, selain itu beliau juga memperoleh banyak ijazah dari gurunya.

Selain itu beliau juga menghadiri beberapa kali pengajian Syaikh Saifuddin Al-Hanafi yang mengajarkan kitab;

1. “Al-Kasysyaf”, kitab tafsir  yang menjadi salah satu rujukan utama untuk mngetahui kandungan balaghoh dalam al-qur’an. Judul asli kitab ini adalah “Al-Kasysyaf An Haqoiq Ghowamidlit Tanzil Wa Uyunil Aqowil Fi Wujuhit Ta'wil”.

2. “Audlohul Masalik Syarah Alfiyah Ibnu Malik” atau yang lebih dikenal dengan nama “At-Taudlih”, kitab nahwu karya Ibnu Hisyam yang merupakan syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik,  beserta hasyiyahnya, “At-Tashrih Bi Madlmunit Taudlih” yang biasa disebut “At-Tashrih Alat-Taudlih” karya Syaikh Kholid Al-Azhari.

3. “Talkhishul Miftah” kitab karya Imam Jalaluddin Muhammad bin Abdurrohman Al-Qozaini Asy-Syawini yang menjelaskan tentang sastra bahasa arab, kitab ini merupakan ringkasan kitab “Miftahul Ulum” karya Syaikh Abu Ya’qub As-Sakaki.

4. “Al-Adhud”

0 komentar:

Posting Komentar